Menyoal Kopdes Merah Putih, Tito Sulistio: Pintu Masuk Industrialisasi Pedesaan

Image 3
Tito Sulistio (tengah) bersama Wakil Menteri Koperasi Ferry Juliantono (kanan) dan Ketua Dewan Direktur GREAT Institute Syahganda Nainggolan.

Jakarta, MNID. Koperasi Desa Merah Putih yang akan diluncurkan di Hari Koperasi 12 Juli mendatang disambut optimisme kalangan pemerhati dan pelaku usaha. Kopdes Merah Putih dipandang sebagai langkah terobosan Presiden Prabowo Subianto untuk menggerakkan perekonomian nasional berbasis koperasi dan di saat bersamaan upaya menyambungkan pedesaan dengan jaringan ekonomi global.

Optimisme ini berkembang dalam diskusi yang digelar lembaga kajian politik ekonomi GREAT Institute beberapa waktu lalu. Diskusi dihadiri sejumlah pakar, pemerhati, pelaku usaha, dan Wakil Menteri Koperasi Ferry Juliantono.

Anggota Badan Supervisi OJK, Tito Sulistio, salah seorang pembicara dalam diskusi itu mengatakan, langkah Prabowo menginisiasi Kopdes Merah Putih adalah langkah luar biasa yang akan menjadikan koperasi sebagai pintu masuk industrialisasi pedesaan.

Di menggarisbawahi, Kopdes Merah Putih adalah bagian dari ekonomi Pancasila yang berbasis industrialisasi pedesaan dan koperasi.

Tito yang juga pernah menjadi Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2015-2018, Danantara dapat dilibatkan dan berperan berperan membantu pembiayaan.

“Danantara harus bisa mengonsolidasi dan mengelola aset negara untuk di distribusikan ke masyarakat, melalui koperasi desa Merah Putih,” ujar penulis buku “Privatisasi Berkerakyatan” ini.

Tito juga menyarankan agar koperasi segera bekerjasama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk masuk pada skema transparansi.

Dalam kesempatan yang sama, tokoh koperasi pemuda, Turino Yulianto,  menilai, Kopdes Merah Putih adalah langkah ideologis Presiden Prabowo Subianto dalam memperbaiki tata niaga perekonomian di pedesaan.

"Kopdes Merah Putih adalah misi besar Prabowo untuk melakukan transformasi ekonomi dari  ekonomi elit yang dikuasai oligarki menjadi ekonomi rakyat yang dikuasai banyak orang,” katanya.

Dia melanjutkan, Kopdes Merah Putih menjadi sarana pendistribusian kesejahteraan yang paling efektif. Dia menyebutkan, di negara maju sudah banyak kisah sukses koperasi mengelola jaringan bisnis utama sebuah negara seperti Koperasi padi Zen Noh di Jepang, koperasi susu Frisian Flag di Belanda, Koperasi kesehatan Unimed di Brazil.

Menurut Turino yang pernah menjadi Ketua Kokesma ITB, Kopdes Merah Putih merupakan visi besar pemerintah untuk membawa desa-desa di Indonesia menuju jaringan global.

“Koperasi, berbeda dengan BUMDes, adalah badan hukum usaha yang diakui secara internasional. Kopdes Merah Putih di daerah peternak sapi perah, bisa kerjasama dengan pabrik susu di New Zealand atau di Belanda. Jaringan koperasi internasional saat ini sudah membentuk jaringan bisnis dengan omset ribuan triliun,” demikian Turino yang juga adalah pengurus INKUD.

Berita Terkait

Berita Lainnya