Gagal Paham “Kaum Pendek Akal” Memahami Kemiskinan di Jawa Tengah Demi Pilpres 2024

Image 3
Johan O. Silalahi (kiri) dan Ganjar Pranowo

SEKARANG ini sedang diciptakan isu soal kemiskinan di Jawa Tengah oleh sekelompok kecil orang, yang tujuan sesungguhnya menggulirkan isu tersebut hanya sebagai komoditas politik, untuk mengganjal calon Presiden terkuat yang selangkah lagi akan memenangkan Pemilihan Presiden 2024, yakni Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Sesungguhnya sekelompok kecil orang ini, sangat layak dinyatakan sebagai “kaum pendek akal”. Mengapa mereka layak disebut sebagai kelompok orang yang pendek akalnya, karena 4 (empat) faktor yang fundamental, yakni (1) keterbatasan pengetahuan mereka, (2) jangkauan berpikir mereka yang pendek, (3) sifat dan karakter mereka malas membaca dan menggali informasi secara komprehensif, dan (4) mereka memenuhi beberapa karakteritik manusia Indonesia versi Mochtar Lubis, yaitu munafik dan hipokrit, enggan dan segan bertanggung jawab, dan berkarakter lemah.

Karakteristik sifat dan perilaku “kelompok pendek akal” menjadi bukti nyata bahwa mereka merupakan bagian dari bangsa Indonesia yang perlu diberikan edukasi agar menjadi manusia Indonesia yang lebih cerdas serta memiliki akal panjang dan budi pekerti yang luhur.

Pertama, Kita edukasi mereka “kaum pendek akal” ini dengan pemahaman dan kesadaran bahwa Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang juga merupakan calon Presiden paling potensial memenangkan Pilpres 2024, sangat dihormati oleh rakyat Jawa Tengah sebagai pemimpin. Ada 2 (dua) fakta dan logika sederhana yang bisa membuktikan dukungan penuh rakyat Jawa Tengah kepada Ganjar Pranowo.

Sesuai dengan hasil survei berbagai lembaga survei di Indonesia, menempatkan Ganjar Pranowo sebagai peringkat nomor satu (peringkat pertama) calon Presiden RI tahun 2024-2029 yang paling banyak dipilih dan didukung oleh seluruh rakyat Indonesia. Dukungan rakyat Jawa Tengah kepada Ganjar Pranowo untuk menjadi Presiden RI dibuktikan dengan hasil survei dari hampir seluruh lembaga survei pada rentang waktu yang panjang hingga sekarang, berada pada kisaran angka elektabilitas 70-75 persen.

Artinya sekitar 70 persen hingga 75 persen dari seluruh rakyat Jawa Tengah dengan populasi penduduk sebanyak 37.032.410 orang (data BPS tahun 2022), mendukung penuh Ganjar Pranowo untuk memimpin bangsa dan negara Kita sebagai Presiden RI periode 2024-2029. Jika Ganjar Pranowo dianggap tidak berhasil dan tidak dihormati oleh rakyat Jawa Tengah karena masalah kemiskinan, bagaimana mungkin Ganjar Pranowo dipilih kembali untuk periode kedua menjadi Gubernur pada Pilgub Jawa Tengah tahun 2018 dengan dukungan 58,78 persen dari total pemilih di Jawa Tengah.

Sekarang ini, angka dukungan 58,78 persen pemilih di Jawa Tengah pada tahun 2018 sudah melonjak menjadi 70-75 persen untuk Ganjar Pranowo menjadi Presiden RI 2024-2029.

Kedua, Kita edukasi mereka “kaum pendek akal” ini dengan membuka keterbatasan pengetahuan mereka, jangkauan berpikir mereka yang pendek, serta sifat dan karakter mereka yang malas membaca dan menggali informasi secara komprehensif tentang kemiskinan di Jawa Tengah, serta dikaitkan dengan nafsu syahwat mereka untuk mencari-cari dan mengada-adakan kelemahan Ganjar Pranowo karena kontestasi pemilihan Presiden tahun 2024 yang akan datang.

Kemiskinan di Jawa Tengah merupakan masalah fundamental bangsa dan negara Kita yang ada sejak Indonesia belum merdeka hingga sekarang. Masalah kemiskinan di Jawa Tengah serta kemiskinan di seluruh wilayah lainnya di Indonesia, merupakan masalah Kita bersama dan menjadi tanggung jawab Kita seluruh rakyat Indonesia.

Berdasarkan data BPS tahun 2023, ada 15 provinsi termiskin di Indonesia dengan tingkat kemiskinannya, yaitu, 1. Papua 26,80%, 2. Papua Barat 21,43%, 3. Nusa Tenggara Timur 20,23%, 4. Maluku 16,23%, 5. Gorontalo 15,51%, 6. Aceh 14,75%, 7. Bengkulu 14,34%, 8. Nusa Tenggara Barat 13,82%, 9. Sulawesi Tengah 12,30%, 10. Sumatera Selatan 11,95%, 11. Sulawesi Barat 11,92%, 12. Daerah Istimewa Yogyakarta 11,49%, 13. Lampung 11,44%, 14. Sulawesi Tenggara 11,27%, 15. Jawa Tengah 10,98%.

Berdasarkan data BPS tahun 2023 ini, Jawa Tengah menempati peringkat 15 provinsi termiskin di Indonesia, bukan provinsi termiskin di Indonesia, bahkan tidak termasuk dalam 10 peringkat termiskin, dikalahkan oleh Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada peringkat 12. Padahal DIY adalah wilayah sangat penting dan bersejarah di Indonesia, karena tanggal 4 Januari 1946 Yogyakarta pernah menjadi ibukota Indonesia.

Artinya, mudah kita simpulkan bahwa isu kemiskinan yang digulirkan oleh “kaum pendek akal” memang sangat mengada-ada. Karena, sudah pernah diberitakan oleh media CNBC di Indonesia pada tanggal 22 April 2023, hasil penelitian CNBC Indonesia Research, kinerja Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dibandingkan dengan kinerja Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dalam mengatasi kemiskinan di wilayahnya. Ganjar Pranowo berhasil menjadi juaranya mengalahkan Anies Baswedan dalam menurunkan angka kemiskinan di wilayahnya, baik dari sisi jumlah maupun persentasenya.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan jumlah penduduk miskin di Jawa Tengah pada September 2018 atau periode sebelum Ganjar Pranowo menjabat Gubernur, tercatat 3,87 juta atau secara rasio mencapai 11,19%. Empat tahun setelah Ganjar Pranowo memimpin Jawa Tengah, pada bulan September 2022, jumlah penduduk miskin di Jawa Tengah tercatat 3,86 juta, karena terjadi penurunan penduduk miskin sebanyak 100 ribu orang. Jadi, tingkat kemiskinan turun menjadi 10,96%.

Jika dibandingkan dengan kinerja Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berdasarkan hasil riset CNBC Indonesia Research tersebut, pada bulan September 2017 sebelum Anies Baswedan memimpin, jumlah warga miskin di Jakarta tercatat 393,13 ribu jiwa dengan tingkat kemiskinan tercatat 3,78%. Kemudian pada akhir periode Anies Baswedan yakni September 2022, jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta tercatat 494,93 ribu orang dengan tingkat kemiskinan 4,61%.

Artinya, selama Anies Baswedan memimpin DKI Jakarta, jumlah rakyat miskin bertambah 101,8 ribu dan tingkat kemiskinan bertambah 0,83%. Perbandingan ini memang dilakukan secara “apple to apple”, pada periode awal kedua Gubernur tersebut memimpin wilayahnya masing-masing. Tetap ada catatan dan perhatian khusus atas riset CNBC, terkait bencana pandemi Covid di Indonesia. Tapi, paling tidak sudah bisa menjawab bahwa Ganjar Pranowo sudah menorehkan prestasi mengurangi kemiskinan di Jawa Tengah.

Hasil riset CNBC ini secara tegas dan jelas, sudah menjawab dan menegasikan isu yang digulirkan “kaum pendek akal”. Tujuannya jelas untuk mengganggu Ganjar Pranowo karena selangkah lagi akan memenangkan Pilpres 2024.

Sebagai penutup, perlu Kita paripurnakan edukasi kepada “kaum pendek akal” terkait kemiskinan di Jawa Tengah. Tingginya angka kemiskinan di Jawa Tengah tidak bisa dilepaskan dari faktor penyumbang sektor tenaga kerja. Struktur lapangan pekerjaan di Jawa Tengah didominasi oleh pertanian, kehutanan, dan perikanan yang menyerap tenaga kerja sebesar 24,78% dari total penduduk yang bekerja.

Pada zaman dahulu sebelum Indonesia merdeka, hingga masa kepemimpinan Presiden Soekarno pada era Orde Lama dan Presiden Soeharto pada era Orde Baru, mayoritas rakyat Jawa Tengah profesinya adalah petani. Untuk mengatasi kemiskinan di Jawa Tengah, Presiden Soekarno dan Presiden Soeharto menjalankan program transmigrasi petani dari seluruh wilayah Jawa Tengah ke seluruh provinsi di Indonesia, yang masih sedikit penduduknya serta sangat luas wilayah pertanahannya yang potensial untuk dijadikan lahan pertanian, perkebunan dan perikanan. Presiden Soeharto menjalankan sangat masif program transmigrasi yang sudah dimulai oleh Presiden Soekarno pada tanggal 12 Desember 1950, dan menjadikannya sebagai salah satu primadona kebijakan pemerintahan Orde Baru.

Sesungguhnya program transmigrasi ini sudah dimulai oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1905 dengan nama berbeda, yakni program “kolonisatie”. Seluruh catatan sejarah ini menjadi bukti bahwa kemiskinan di Jawa Tengah merupakan masalah warisan sejak zaman Indonesia belum merdeka, hingga era reformasi sekarang ini. Jadi, perlu Kita ingatkan kepada saudara-saudara Kita “kaum pendek akal”, agar memiliki akal panjang serta budi pekerti yang luhur. Jangan menjadikan kemiskinan rakyat Jawa Tengah ini, seolah-olah hanya menjadi tanggung jawab Ganjar Pranowo seorang diri. Kemiskinan di Jawa Tengah merupakan tanggung jawab Kita bersama seluruh rakyat Indonesia, serta khususnya pemimpin tertinggi Kita yaitu Presiden Republik Indonesia.

Seperti yang sudah dilakukan oleh Presiden Soekarno dan Presiden Soeharto, pada masa Orde Lama dan masa Orde Baru. Insya Allah, pengentasan kemiskinan di Jawa Tengah serta pengentasan kemiskinan di seluruh provinsi di Indonesia, menjadi tugas dan tanggung jawab Ganjar Pranowo jika sudah diberi amanah dan kepercayaan oleh rakyat Indonesia, untuk menjadi Presiden Republik Indonesia periode 2024-2029 melalui Pemilihan Presiden 2024 nanti.

Penulis adalah Pendiri Perhimpunan Negarawan Indonesia (PNI)

Berita Terkait

Berita Lainnya