Oleh: Akhiruddin Mahjuddin, Penulis adalah pengurus JMSI Pusat
KERUSUHAN di sejumlah daerah di Ibu Kota, beberapa waktu, menguak tabir hubungan antara Presiden Prabowo Subianto dan bekas Presiden Joko Widodo. Setelah peristiwa itu, Jokowi, sapaan Joko Widodo, memerintahkan seluruh pendukungnya mendukung Prabowo menjadi presiden selama dua periode.
Tapi Prabowo bukan anak kemarin sore. Di hadapan kader Partai Gerindra, pada sebuah acara sayap pemuda partai politik itu, Prabowo menolak wacana yang digadang-gadang Jokowi itu. Terlalu berlebihan. Umur pemerintahannya masih sangat muda.
Prabowo jelas tak mau jadi bulan-bulanan politik. Dia menghitung setiap kemungkinan dan tentu memiliki jurus untuk mengantisipasi langkah-langkah itu. Termasuk hal-hal yang dianggap mustahil. Seperti mereshuffle sejumlah menteri yang dianggap dapat mengubah opini publik terhadapnya dan membersihkan beberapa menteri titipan Jokowi setelah kerusuhan itu.
Dalam sebuah talkshow, bekas Wakil Menteri BUMN, Muhammad Said Didu, menilai langkah orang-orang dekat Prabowo berhasil meredam gejolak sehingga tidak melebar menjadi amuk massa. Isu penetapan darurat militer, dan pembubaran parlemen, yang diskenariokan oleh Geng Solo-Oligarki-Parcok (Geng SOP) kandas.
Tapi lawan Prabowo dalam urusan ini memang bukan kaleng-kaleng. Geng SOP adalah orang-orang yang masih memiliki pengaruh dalam kehidupan bernegara. 10 tahun cukup bagi mereka untuk menguasai banyak lembaga dan badan. Dan itu cukup untuk mengacaukan banyak hal di negara ini.
Langkah terbaru mereka adalah membentuk tim reformasi kepolisian. Alih-alih mengikuti arahan Prabowo, orang-orang yang seharusnya direformasi malah membentuk tim untuk mereformasi diri sendiri. Ini sama seperti membersihkan rumah dengan sapu kotor. Merekalah sapu kotor itu.
Prabowo sendiri memiliki rencana lebih dalam untuk membersihkan kepolisian. Dia menggandeng sejumlah sosok berintegritas. Pembentukan tim reformasi kepolisian oleh polisi merupakan bagian dari upaya mereka untuk tetap mengendalikan situasi dan berharap Prabowo bakal tunduk dengan rencana itu.
Tapi sejak awal memang Prabowo tak ingin berlama-lama dianggap sebagai proxy Jokowi. Hanya tersisa waktu empat tahun bagi Prabowo untuk benar-benar bekerja membenahi negeri dan mengembalikan eksistensi Indonesia di panggung internasional.
Tapi dengan para loyalis nasionalis di belakangnya, Prabowo akan mendapatkan semua bantuan yang dia butuhkan. Karena itu, agenda politik penting, terutama untuk membersihkan anasir Geng SOP ini harus terus dilakukan. Mereka tidak boleh diberikan ruang. Mereka adalah bahaya laten yang memiliki kuasa dan uang. Prabowo harus mulai memangkas dua hal itu dari tangan mereka.