. Debat calon presiden yang dilakukan tadi malam (Minggu, 7/1) memperlihatkan dua orientasi kepemimpinan. Keduanya adalah dinamis-progresif dan konservatif-konvensional. Atau dengan kata lain, pro perubahan dan pro status quo.
Kepemimpinan dengan orientasi pro perubahan akan membawa Indonesia menjadi negara besar dan pemain kunci di pentas global. Sementara orientasi kepemimpinan yang kedua cenderung mempertahankan yang sudah ada karena menganggap Indonesia baik-baik saja.
Demikian penilaian Guru Besar Ilmu Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Din Syamsuddin, usai menyimak debat yang menghadirkan ketiga calon presiden, Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo.
“Dari debat itu dapat diketahui wawasan masing-masing capres tentang dinamika global, kebijakan luar negeri, dan masalah pertahanan/ketahanan nasional. Juga dari debat itu mengisyaratkan argumentasi berbasis data, baik yang terbuka maupun yang tersembunyi,” ujar Din yang juga mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah.
“Saya memberi poin tinggi kepada Capres Anies Baswedan dan Capres Ganjar Pranowo sebagai sosok pemimpin dinamis-progresif, dan relevan untuk membawa Indonesia dapat tampil sebagai penentu arah perubahan peradaban dunia masa depan. Keduanya segar dan berpegang pada nilai yang benar,” kata Din lagi.
Selain tentang orientasi kepemimpinan, sambung Din, dalam debat tadi malam juga dapat dilihat perbedaan watak sosok pemimpin yang sedang bertarung. Ada yang rasional dan adapula yang emosional.
“Atau dengan kata lain ada yang bijak bestari dan yang grusa-grusu,” demikian Din.