Jakarta, MNID. Timur Barat Research Center merilis hasil survei kepuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintahan Prabowo Subianto dan Preferensi Masyarakat terhadap 8 Partai di parlemen dan kemunculan Partai politik PSI Super Tbk yang memiliki tokoh sentral mantan Presiden Joko Widodo.
Untuk kinerja pemerrintahan Presiden Prabowo Hasilnya, mayoritas responden puas atas kinerja Presiden Prabowo.
Survei ini digelar pada 30 Juli sampai dengan 8 Agustus 2025. Ada 1200 responden dari 38 provinsi yang dilibatkan dalam survei tersebut ,survei ini memiliki Tingkat Kepercayaan 95% dan Margin of Error kurang lebih 2,83%.
Teknik Pengambilan sampel dilakukan menggunakan teknik multistage random sampling atau pengambilan sampel bertingkat yang memastikan representativitas data.
Untuk Mengukur kinerja pemerintahan Prabowo - Gibran maka Para responden diberi pertanyaan 'seberapa puas Anda dengan kinerja Pemerintahan Prabowo-Gibran saat ini?'. Hasilnya, hanya 18,1persen yang tidak puas.
Sangat puas 25,8%
Puas 51,8%
Tidak puas 10,2%
Sangat tidak puas 7,9% dan tidak menjawab 4,3%
Tingkat Popularitas atau tingkat kesukaan dan penerimaan masyarakat terhadap delapan Partai di DPR RI dan Partai PSI Super tbk tertinggi dipegang oleh:
1. PDI Perjuangan 90%
2. Partai Gerindra 89 %
3. PSI Super tbk 87%
4. Partai Demokrat 84%
5. Partai Keadilan Sejahtera 80,2%
6. Partai Kebangkitan Bangsa 77,8%
7. Partai Amanat Nasional 71,5%
8. Partai Nasdem 70,8%
9. Partai Golkar 70,6%
Dari 1.200 responden yang terpilih di 38 Provinsi ketika dilakukan survei terhadap 1200 responden terpilih dan terkait elektabilitas untuk mengukur partai politik yang memiliki potensi untuk mendapat dukungan dari pemilih jika Pemilu di gelar hari ini maka sebagaimana hasil survei didapati Tingkat elektabilitas masing masing parpol sebagai berikut:
1. Partai Gerindra (189 suara)
2. PDI Perjuangan (180 suara)
3. PSI Super Tbk (98 suara)
4. Partai Demokrat (97 suara)
5. Partai NasDem (70 suara)
6. Partai Kebangkitan Bangsa (68 suara )
7. Partai Keadilan Sejahtera (65 suara )
8. Partai Golkar (62 suara)
9. Partai Amanat Nasional (60 suara)
10. Tidak memilih 311 responden
Dalam Prosentase:
1. Partai Gerindra ( 15,75%),
2. PDI Perjuangan (15,0%)
3. PSI Super Tbk (8,17% )
4. Partai Demokrat (8,08% )
5. Partai NasDem (5,83% )
6. Partai Kebangkitan Bangsa (5,66% )
7. Partai Keadilan Sejahtera (5,41%)
8. Partai Golkar (5,16%)
9. Partai Amanat Nasional (5,0%)
10. Tidak Memilih 25,91%
Menurut analisis Zainal Abidin Direktur Eksekutive TBRC , penurunan elektabilitas Partai Golkar salah satunya diakibatkan oleh proses kaderisasi dengan menempatkan Bahlil Lahadia sebagai Ketua Umum Golkar yang belum bisa menjadi figur tokoh politik yang unggul dari sisi kemampuan ,pengalaman dan pamor diri dan tidak mampu mengerek popularitas partai. Secara personal, Golkar tidak mampu melahirkan figur dalam konteks ketua umum.
Kekurangan itu bisa terlihat dan tercermin dari figur-figur ketua umum Partai Golkar yang terpilih.
Hal itu menjadi ironi sejumlah kader Golkar saat ini berada dalam kabinet menjabat sebagai menteri termasuk Ketua Umum Golkar Bahlil Lahadia sebagai menteri ESDM justru melakukan blunder yang menyebabkan kegaduhan dan kelangkaan gas elpiji 3 kilogram serta menyebabkan nyawa masyarakat meninggal.
Di mana masyarakat luas kesulitan mendapatkan gas elpiji 3 kilogram yang terjadi pada Februari 2025 lalu akibat Kebijakan Bahlil yang tidak sejalan dengan kebijakan Presiden terkait distribusi Elpiji 3 kilogram, dan foto viral Bahlil Lahadalia dengan sebotol whisky Jepang merek Hibiki seharga Rp 38 juta lebih disampingnya
Bersamaan dengan itu, nama Bahlil juga menjadi trending topik di Twitter dengan hampir 6 ribu dalam satu hari.
Karena itu wajar saja adanya keinginan masyarakat pemilih Partai Golkar pada 2024 di 38 Provinsi menginginkan adanya Munaslub Golkar 2025 untuk menganti posisi Ketua Umum Partai Golkar
Kemudian masuknya PSI Super Tbk dalam Tiga besar tidak lepas dari ketokohan Joko Widodo di PSI Super Tbk yang selalu trending di medsos dan media online setiap hari.
Kedua ada perpindahan yang signifikan dari pemilih Golkar berpindah ke PSI Super Tbk.