Prof. Sofyan Effendi: Saya Kira Itu Obrolan di Grup Alumni

Image 3
Mantan Rektor UGM Prof. Sofyan Effendi
Oleh: Agus M. Maksum


Panggung yang Salah, Substansi Tetap Berdiri

Prof. Dr. Sofian Effendi akhirnya mencabut pernyataannya. Tapi bukan substansinya yang dia tarik.

Beliau tidak pernah menyatakan bahwa apa yang diucapkannya tentang status Presiden Jokowi di UGM adalah keliru. Tidak ada satu pun koreksi terhadap isi. Yang beliau sesalkan hanyalah konteksnya — bahwa ternyata forum diskusi tersebut dipublikasikan ke ruang publik, bukan sekadar perbincangan santai antaralumni sebagaimana ia bayangkan.

“Saya kira itu obrolan tertutup,” kurang lebih begitu makna dari surat klarifikasi yang ia sampaikan pada 17 Juli 2025.

Itulah garis tegas yang harus dibaca publik. Bahwa ketika seorang guru besar, mantan rektor, dan mantan ketua Komisi ASN menyampaikan sesuatu dalam suasana non-formal, lalu tiba-tiba menjadi bola panas nasional, maka keraguan bukan pada apa yang ia katakan, tetapi di mana ia mengatakannya.

Prof Sofian menarik keikutsertaannya dari pusaran opini publik — bukan karena isi ucapannya salah, tapi karena efek publikasi itu di luar bayangannya.

Ia tidak mau disebut bagian dari manuver politik.

Tapi publik wajib mencatat satu hal penting: substansi tetap berdiri. Tidak ada yang dibantah. Tidak ada revisi atas kalimat yang ia ucapkan sebelumnya. Yang ada hanyalah klarifikasi: bahwa ia merasa perlu mundur dari pusaran ini karena awalnya menyangka sedang bicara di forum privat.

Itu artinya: yang keliru bukan isinya, tapi pentasnya.

Dalam dunia ilmu pengetahuan dan kesaksian, ini penting: agar kita bisa membedakan antara substansi dan panggung. Antara isi dan suara. Antara apa yang dikatakan, dan ke mana arahnya disebarkan.

Prof. Sofian mengajarkan kepada kita: ada saat di mana intelektual perlu diam — bukan karena ragu pada kebenaran, tapi karena sadar pada gemuruh panggung yang terlalu gaduh untuk menjernihkan sesuatu yang sejatinya terang.

Berita Terkait

Berita Lainnya