Dahlan Iskan di Manifesto Kopi Oey

Image 3
Para pencetus Manifesto Kopi Oey. Irawan Nugroho (tengah kaos hitam)./MNID

Oleh: Djono W. Oesman, Wartawan Senior

DAHLAN Iskan, mantan CEO Koran Jawa Pos, dipolisikan Jawa Pos ke Polda Jatim. Tuduhannya penggelapan. Anehnya, Polda Jatim tidak merinci, penggelapan apa? Apakah uang? Berapa? Kapan dan di mana? Mengapa Dahlan menggelapkan? Bagaimana kronologinya?

Padahal, berita Dahlan tersangka penggelapan, sudah seminggu lebih beredar di media massa dan media sosial. Tuduhan penggelapan, tapi gelap.

Dahlan memimpin Jawa Pos1982 sampai ditendang pemegang sahamnya 2017.

Masyarakat heran. Terutama ratusan mantan wartawan Jawa Pos yang tersebar di berbagai kota Indonesia dan mancanegara. Heran, tuduhan penggelapan, kok gelap (belum dijelaskan, padahal sudah seminggu lebih). Ini ada apa?

Wartawan Jawa Pos di Washington DC, AS, 1994 - 2000, Irawan Nugroho, mengumpulkan teman-temannya mantan Jawa Pos di resto Kopi Oey, Blok M, Jakarta Selatan, Sabtu, 12 Juli 2025.

Lokasi itu cuma selemparan batu dengan bekas kantor Jawa Pos, Jl Prapanca Raya 40. Dihadiri 13 senior Jawa Pos, antara lain:

Irawan Nugroho, Djono W. Oesman, Adi Tubagus, Umar Fauzi, Patrick Sorongan Waraney, Kris Moerwanto, Iwan Samariansyah, Irwan Setiawan, Yulfarida Arini, Yu Srie Rahayu, Anggie D. Widowati, Puji Dwiati Handayani, Abdul Qodir, Ghofir Asnawi.

Kami diskusi 2 jam soal Dahlan dipolisikan. Itu sesungguhnya konferensi pers, sebab hadirin adalah pers dan mantan pers. Ini konpres dari satu media massa, Jawa Pos.

Kami puluhan tahun jadi jurnalis Jawa Pos di bawah komando Dahlan. Dengan aneka ragam pengalaman di Jawa Pos. Pahit getir. Manis gembira.Ada yang pernah benci Dahlan pada suatu periode waktu tertentu. Ada yang kualitas kerjanya sering dipuji Dahlan. Ada yang diberi tugas jurnalistik sampai stres. Aneka ragam.

Kesimpulan konpres, Dahlan Iskan adalah guru kami. Sampai kapan pun. Tak lekang dimakan zaman. Maka, kami merapatkan barisan. Siap membela guru kami. Melawan Jawa Pos. Yang dulu jadi tempat kerja kami puluhan tahun.

Aneh memang. MantanJawa Pos melawanJawa Pos. Tapi begitulah.

Dasar pembelaan kami, tuduhan penggelapan ternyata gelap. Apa ini? Penggelapan uang? Berapa? Kapan? Dimana? Mengapa Dahlan menggelapkan? Bagaimana ceritanya?

Ataukah, itu pembunuhan karakter? Mengapa?

Prinsip jurnalistik harus jelas, faktual, akurat, jujur, transparan. Dimana prinsip itu, yang dulu dimiliki Jawa Pos? Kemana perginya prinsip itu, Bro...

Di era medsos sekarang, kami murid Dahlan, mulai berjuang via medsos. Media massa Jawa Pos kami lawan dengan medsos. Sambil membuktikan, menang mana? Ayo serbu.

Berita Terkait

Berita Lainnya