Lobi Ekonomi RI soal Tarif Trump Lemah, Jerry Massie Usul Bangun Pabrik di AS

Image 3
Presiden AS Donald Trump

Jakarta, MNID. Direktur Political and Public Policy Studies, DR. Jerry Massie, menyoroti keras kebijakan tarif resiprokal sebesar 32 persen yang dikenakan Amerika Serikat era Presiden Donald Trump terhadap produk Indonesia. Menurut Jerry, lemahnya lobi dan diplomasi ekonomi Indonesia menjadi salah satu penyebab utama kenapa kebijakan itu tak bisa dibendung.

Jerry mengatakan, mestinya Kementerian Perdagangan bersama tim ekonomi Presiden Prabowo mampu memanfaatkan masa tenggang 90 hari yang diberikan pemerintahan Trump untuk bernegosiasi. Namun sayangnya, peluang tersebut tidak dimaksimalkan.

“Saya kira tim kita mandul, tak bisa berbuat apa-apa. Kalau tak sanggup ya step down saja,” tegasnya.

Ia membandingkan dengan negara lain yang sukses menekan tarif AS. China misalnya, mampu menurunkan tarif dari 136 persen menjadi 30 persen melalui negosiasi intensif. Vietnam juga berhasil menurunkan tarif dari 46 persen ke 20 persen, sedangkan Inggris dari 27,5 persen menjadi 10 persen, dan Kamboja dari 46 persen ke 39 persen.

“Kuncinya, mereka berhasil meyakinkan Trump,” kata Jerry lagi.

Lebih lanjut, Jerry membeberkan tiga faktor utama yang membuat Amerika tetap ngotot menetapkan tarif tinggi untuk Indonesia. Pertama, karena Indonesia bergabung dengan BRICS. Kedua, pemerintah Indonesia tak mengindahkan keinginan Trump agar pembayaran tetap menggunakan Visa Card, karena Indonesia lebih memilih mengembangkan QRIS. Ketiga, intensnya lobi Prabowo dengan negara-negara BRICS seperti Rusia, Arab Saudi, Brasil, hingga China, yang justru membuat AS semakin menjaga jarak.

Jerry juga menyoroti permintaan Trump agar Indonesia membangun pabrik di Amerika Serikat. Menurutnya, jika Indonesia mau membangun industri garmen dan alas kaki di AS, tarif bisa ditekan hingga turun ke kisaran 15-20 persen.

“Bahan tekstil dan karet Indonesia kan terbaik di dunia. Kenapa tidak bikin saja pabrik di sana? Brand Calvin Klein, Express, American Eagle pasti tertarik,” ujarnya.

Ia menegaskan, diplomasi ekonomi Indonesia memang perlu diperkuat. Kedutaan Besar RI di AS harus lebih agresif membuka jalur komunikasi bisnis dengan pemerintahan Trump.

“Kalau kita punya diplomat ulung dan ahli komunikasi bisnis, ditambah dubes baru yang tepat, ini akan sangat membantu hubungan bilateral Indonesia-AS,” pungkasnya.

Berita Terkait

Berita Lainnya