Berebut Kursi Ketum PSI, Rekayasa Dinasti Politik yang Lucu-lucuan Tapi Serius

Image 3
Joko Widodo di antara fungsionaris PSI.

Oleh: Edy Mulyadi, Wartawan Senior

JANGAN tertipu. Jangan terkecoh. Perebutan kursi Ketua Umum PSI yang katanya “demokratis” itu, besar kemungkinan cuma panggung sandiwara. Gimmick politik. Kemasannya seolah-olah terbuka. Calonnya lebih dari satu: Kaesang Pangarep, Bro Ron, dan Mulyono. Tapi publik paham, ujung-ujungnya pasti Kaesang juga yang dipilih. Ini bukan sekadar kompetisi, tapi bagian dari proyek lama bernama dinasti politik.

Mau bilang ini bukan skenario? Ah, sudah basi. Rakyat Indonesia makin melek politik. Pola begini pernah dipertontonkan keluarga Jokowi waktu Pilwalkot Solo. Tiba-tiba muncul sosok “tukang jahit” sebagai lawan Gibran. Katanya independen. Katanya rakyat kecil. Tapi siapa yang percaya? Lawan itu hanya formalitas agar Pilkada sah secara administratif. Tapi isinya tetap dagelan.

Kini, cerita yang sama diulang. Kali ini sangat mungkin terjadi pada perhelatan Kongres PSI yang sedianya digelar di Solo, 19-20 Juli 2025. Bedanya, skenarionya lebih necis dan kemasannya lebih "pop." Tapi tujuannya tetap: melicinkan jalan bagi Kaesang.

PSI, partai yang dulu sok idealis, kini berubah jadi perahu keluarga Jokowi. Kaesang disiapkan jadi Ketum. Bro Ron dan Mulyono hadir agar publik melihat seolah-olah ada persaingan sehat. Padahal aroma rekayasa menyengat. Mana mungkin anak presiden yang baru masuk partai tiba-tiba nyelonong ke puncak tanpa restu dari sang dalang utama?

Bekas presiden Jokowi bahkan sempat disebut-sebut akan maju. Tapi batal. Katanya demi menghindari konflik kepentingan. Masa iya Jokowi mau bersaing dengan anaknya sendiri? Hehehehe...

Omon-omon soal dalang, kira-kira siapa yang dimaksud? Publik langsung paham. Siapa lagi kalau bukan Jokowi? Presiden dua periode itu belum juga selesai cawe-cawe. Bahkan setelah tak lagi di tampuk kekuasaan. Ia tahu, kekuasaan harus dijaga lewat kendaraan politik. Maka PSI, yang gagal lolos ke Senayan 2024, dijadikan papan loncatan. Kaesang ditaruh sebagai Ketum, lalu bisa dikatrol ke panggung nasional. Menteri? Wagub? Gubernur? Bahkan lebih? Mungkin saja.

Inilah wajah politik kita hari ini. Keluarga Solo yang satu ini tak segan-segan menabrak etika, logika, bahkan akal sehat demi ambisi kekuasaan. Semua disusun rapi, penuh rekayasa, dan dibalut senyum manis. Yang menolak, akan dicibir. Yang melawan, akan dimusuhi.

Yang lebih menggelikan, sebagian media arus utama ikut serta dalam sandiwara ini. Memberitakan seolah-olah ini kontestasi ide dan gagasan. Padahal seperti kata netizen: “PSI = Partai Satu Individu.” Tertawa boleh. Tapi jangan lupa: di balik kelucuan ini, ada ancaman yang sangat serius.

Apa yang dilakukan Jokowi dan keluarganya bukan sekadar cawe-cawe. Ini adalah operasi sistematis membangun dinasti politik. Ia harus mengakar ke dalam partai, birokrasi, bahkan ke pengadilan dan parlemen. Dan semuanya dimulai dari hal-hal kecil yang dikira orang cuma “lucu-lucuan.”

Padahal ini soal masa depan bangsa! Rakyat Indonesia, waspadalah!

Berita Terkait

Berita Lainnya