Luhut Minta Presiden Prabowo Turun Tangan Selesaikan Sengketa 4 Pulau Aceh-Sumut

Image 3
Ilustrasi

Jakarta, MNID. Polemik yang muncul akibat pengalihan administrasi empat pulau dari Pemerintah Aceh kepada Sumatera Utara bukanlah sekadar soal tata batas administratif. Di balik gugatan hukum yang disiapkan oleh Pemerintah Aceh, tersembunyi potensi krisis sosial dan ketegangan antar daerah yang harus segera dicegah.

Demikian dikatakan praktisi hukum Luhut Parlinggoman Siahaan yang pernah menjadi salah seorang anggota tim hukum Prabowo-Gibran.

“Saya memandang bahwa Presiden Republik Indonesia perlu segera turun tangan sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan untuk memediasi dan mencari solusi elegan berbasis konstitusi serta nilai-nilai kebangsaan,” ujarnya dalam keterangan kepada redaksi.

Kepemimpinan nasional tidak boleh membiarkan konflik yurisdiksi antardaerah berkembang menjadi konflik sosial horizontal. Klaim wilayah, terutama yang bersentuhan dengan identitas masyarakat pesisir, memiliki dimensi sosiologis yang dalam. Jika dibiarkan tanpa kanal mediasi negara, sangat mungkin memicu resistensi, trauma kolektif, bahkan gangguan stabilitas keamanan.

Luhut menambahkan, sengketa administratif seperti ini membutuhkan audit yuridis dan historis yang transparan atas dasar pengalihan wilayah tersebut. Selain itu juga diperlukan dialog antarprovinsi yang dimediasi oleh pemerintah pusat, melibatkan para ahli tata batas, antropolog hukum, dan tokoh masyarakat dari kedua belah pihak.

Lalu, penegasan kembali peran negara dalam menjaga integrasi sosial dan menjamin keadilan spasial, sebagaimana amanat UUD 1945 Pasal 18 dan 25A.

“Jangan sampai negara dianggap abai terhadap keadilan kultural dan hak otonomi daerah yang dijamin undang-undang. Negara harus hadir, bukan sekadar sebagai wasit, tapi juga sebagai penjamin keutuhan dan keadilan wilayah,” ujarnya.

“Saya percaya Presiden Prabowo Subianto memiliki kapasitas dan kehendak untuk menyelesaikan hal ini dengan bijaksana. Momentum ini bisa menjadi cermin bahwa Indonesia adalah negara hukum sekaligus negara yang menjunjung nilai musyawarah dan persatuan,” tambahnya lagi.

Hukum tanpa kearifan akan melahirkan konflik. Presiden sebagai simbol pemersatu bangsa harus hadir sebelum konflik itu benar-benar terjadi.

ACEHSUMUT

Berita Terkait

Berita Lainnya