Tentang Juru Bicara Presiden, Ini Kata Andi Mallarangeng

Image 3
Andi Mallarangeng ketika masih bertugas sebagai Juru Bicara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)./Antara

Jakarta, MNID. Sebenarnya fungsi Jubir Kepresidenan itu adalah menjelaskan kepada publik (melalui media) apa yang menjadi pikiran, ucapan, tindakan, dan kebijakan Presiden dengan konteks yang tepat, sehingga bisa dimengerti dengan baik, dan lebih bagus lagi kemudian didukung oleh rakyat.

Lalu, dalam menyampaikan kepada rakyat Sang Jubir harus melakukannya dengan gaya komunikasi bahkan diksi yang sesuai dengan gaya dan keinginan Presiden. Bukan dengan keinginan dan agendanya sendiri.

Demikian dijelaskan Andi M. Mallarangeng, mantan Juru Bicara Presiden di era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam laman Facebook miliknya.

Andi yang sedang berada di Pacitan, Jawa Timur, mengawali tulisan dengan mengatakan bahwa sepanjang hari kemarin dia dimintai pendapat oleh dua stasiun televisi dan satu stasiun radio via Zoom.

“Rupanya Kepala Presidential Communication Office (PCO) yang juga juru bicara kepresidenan mengundurkan diri. Dan saya diminta menanggapi sebagai mantan Jubir Presiden SBY,” tulis Andi yang juga Ketua Dewan Pakar DPP Partai Demokrat ini.

Melanjutkan penjelasannya, Andi mengatakan kepercayaan atau trust dari Presiden tentu merupakan elemen yang sangat penting bagi seorang Juru Bicara dalam menjalankan tugas.

“Jubir harus punya akses langsung kepada Presiden, dan bisa mengikuti semua kegiatan Presiden mulai dari rapat kabinet maupun pertemuan penting lainnya. Kalau tidak, Jubir hanya bisa mereka-reka dari orang lain di sekitar Presiden, baik menteri maupun pejabat lainnya. Di situ distorsi informasi besar sekali potensinya,” tambahnya.

Mengenai pengalamannya, Andi mengatakan dirinya bersyukur karena memiliki pemikiran yang segaris dan sejalan dengan pemikiran SBY.

“Saya pun diberi kepercayaan mewakili beliau selama 5 tahun untuk menjelaskan kepada publik tentang pikiran, ucapan, tindakan dan kebijakan beliau tentang isu-isu dalam negeri. Perintah Presiden SBY kepada saya sejak awal ditunjuk sebagai Jubir: "melekat!" Kalau ada hal yang perlu saya tanyakan kepada Presiden, saya bisa menanyakan langsung kepada beliau. Dan setiap hari pukul 07.00 saya menghadap Presiden menjelaskan isu-isu menonjol di media dan mendapat arahan bagaimana meresponnya,” urai Andi lagi.

Bagaimana dengan perbedaan budaya yang mungkin mempengaruhi gaya komunikasi?

Menurut Andi, dirinya beruntung karena kuliah di Jogjakarta dan punya istri seorang Jawa sehingga memiliki memahami gaya komunikasi SBY.  

“Soal gaya komunikasi, saya Orang Bugis dan Presiden SBY Orang Jawa. Untungnya saya dulu sekolah di Jogja, istri pun Orang Jawa. Jadi bisa memahami gaya dan diksi yang diinginkan Presiden, yang santun dan nJawani, walaupun tentu tetap dengan logat Makassar,” demikian Andi Mallarangeng.