25 Tahun Reformasi Dinilai Gagal, Mahasiswa Minta Pajak Anak Jokowi Diusut

Image 3

Mahasiswa dari berbagai kampus di Jawa Barat, Banten, dan Jakarta menggelar aksi memperingati 25 tahun Reformasi di depan Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Minggu (21/5). Aksi dilakukan sebagai bentuk kekecewaan terhadap Reformasi yang gagal membuat Indonesia menjadi lebih baik.

Alih-alih diberantas, korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang merupakan persoalan utama di masa Orde Baru kini justru tumbuh subur dan semakin menggurita di kalangan elit baik di pusat maupun daerah. Dalam aksi, mahasiswa membawa sejumlah spanduk yang antara lain bertuliskan “Gantung Cukong dan Antek Oligarki”, “Korupsi Merampas Masa Depan Anak Muda”, “Dicari Aktivis Pengkhianat Reformasi 98”, dan “Reformatioan has been Hacked”.

Juga ada pamflet spanduk yang menyoroti praktik bisnis tidak biasa keluarga presiden, yang berbunyi “Periksa Pajak Anak-anak Presiden.”

Aksi mahasiswa berlangsung damai.

“Kami menilai bahwa cita-cita Reformasi untuk memberantas korupsi dan pengkonsolidasian demokrasi yang substansial, tidak diwujudkan dengan sungguh-sungguh. Hal ini terbukti dari kohabitasi antara konglomerasi dan politisi di era Orde Baru yang masih bertahan dalam kekuasaan hingga hari ini, pemilu yang sarat politik klientelisme, kegagalan partai politik menjalankan fungsinya di tengah masyarakat hingga upaya-upaya pelemahan terhadap civil society,” tulis kelompok mahasiswa dalam pernyataan yang diterima redaksi.

Permasalahan-permasalahan tersebut mengakibatkan banyak pejabat yang terlibat dalam kasus korupsi, mulai dari level daerah hingga tingkat pusat. Selain itu juga menghasilkan produk-produk kebijakan yang tidak berpihak pada kepentingan rakyat. Produk-produk kebijakan seperti UU KPK, UU Minerba, UU Ibukota Negara, UU Cipta Kerja, UU KUHP, wacana penundaaan Pemilu dan masih banyak lainnya yang mendapatkan penolakan keras dari banyak masyarakat, tetap disahkan.

Bagian paling penting, menurut mahasiswa, Reformasi gagal melahirkan civil society yang mapan. Berbagai upaya dilakukan oleh penguasa untuk melemahkan civil society, baik yang dilakukan secara langsung dengan kriminalisasi terhadap kaum kritis, hingga yang dilakukan secara tidak langsung dengan menghadirkan influencer yang menyesatkan publik, membelah masyarakat dengan membentuk buzzer dan mengkoptasi kampus sehingga dengan mudah mendapatkan legitimasi dari kaum intelektual.

“Permasalahan-permasalahan yang muncul karena kegagalan Reformasi tersebut lantas mendorong kami untuk berkonsolidasi dan bergerak bersama supaya cita-cita Reformasi benar-benar dapat diwujudkan. Kami juga menuntut penguasa seperti Presiden, DPR hingga pemerintah daerah untuk tunduk pada konstitusi, sehingga wacana-wacana yang bertentangan dengan semangat Reformasi seperti penundaan pemilu, perpanjangan masa jabatan presiden hingga agenda tiga periode tidak terjadi,” sambung pernyataan itu.

Sejumlah elemen mahasiswa yang ikut dalam aksi antara lain Serikat Mahasiswa Revolusioner ITB, FAM UI, Yuppentek Tangerang, Mahasiswa Universitas Siliwangi, Mahasiswa UGJ Cirebon, Mahasiswa Politeknik Negeri Bandung, Mahasiswa Politeknik Kesehatan Negeri Bandung, Mahasiswa FISIP Universitas Pasundan, Mahasiswa Universitas Nurtanio, Mahasiswa STHB , Mahasiswa STKS Bandung, Mahasiswa UCIC Cirebon, Mahasiswa Institut Pendidikan dan Bahasa Cirebon, dan Mahasiswa IAIN Cirebon.

JOKO WIDODO

Berita Terkait

Berita Lainnya