Yusril Komentari Kriteria Presiden Baru Indonesia Versi Jokowi

Image 3
Yusril Ihza Mahendra dan Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, dalam sebuah pertemuan menjelang Pilpres 2019.

Pokok-pokok pikiran yang disampaikan Presiden Joko Widodo di arena Musyawarah Rakyat Relawan Jokowi (Minggu, 14/5) dinilai sudah tepat. Indonesia memang membutuhkan pemimpin yang cerdas, tegas, dan berani membela kepentingan rakyat, bangsa dan negara di tengah tantangan yang makin besar di masa depan.

Pemimpin memang harus benar-benar memahami falsafah bernegara, konstitusi, hukum, potensi, tangangan dan peluang yang ada. Apalagi Indonesia memang bangsa yang besar, kaya sumber daya alam dan sumber daya manusia.

Menurut Ketua Umum Partai Bulan Bintang Yusril Ihza Mahendra, kelemahan utama bangsa Indonesia terletak pada sikap mental yang merasa rendah diri, rendah kesadaran moral, dan rendah kepatuhan terhadap hukum.

“Pemimpin harus mengambil langkah tegas mengatasi hal ini,” ujar Yusril dalam keterangan yang diterima redaksi.

Pemimpin, menurut Yusril yang mengirimkan pesannya dari Tokyo, Jepang, harus benar-benar faham falsafah bernegara kita, konstitusi kita, hukum kita, potensi, tangangan dan peluang yang kita miliki. kita memanh bangsa yang besar, kaya SDA dan SDM. Yang kurang pada bangsa kita adalah pemimpin yang cerdas dan berani serta mempunyai kepekaan hati nurani melihat dan memandang kelemahan-kelemahan kita. Kelemahan utama bangsa kita, menurut Yusril terletak pada sikap mental yang merasa rendah diri, rendah kesadaran moral dan rendahnya kepatuhan terhadap hukum.

Menyinggung seringnya Indonesia kalah dalam menghadapi berbagai gugatan di forum internasional, Yusril mengatakan penyebabnya adalah lemahnya posisi Indonesia dalam berbagai perjanjian internasional yang kita buat sendiri.

“Argumentasi hukum kita kurang canggih dalam menangani sebagai tekanan dan gugatan dalam perjanjian bilateral dan multilateral yang membuat kita sering terpojok dan dikalahkan,” tambahnya.

Perdebatan hukum di forum internasional, menurut Yusril, harus didukung langkah diplomasi yang sistematis dan pembentukan opini. Indonesia harus banyak belajar dan kekurangan dan kesalahan di masa lalu dan masa sekarang. Intinya, selama Indonesia kurang memperhatikan hal-hal yang terkait dengan hukum. Akibatnya kita mengalami kekalahan dalam berbagai sengketa di forum internasional.

“Di dalam negeri, kita sulit maju dan melangkah menjadi negara maju karena hukum kita berantakan. Norma hukumnya kacau, penegakannya amburadul. Maka korupsi merajalela, ketidak-adilan terjadi di mana-mana. Dalam satu dekade terakhir ini, pembangunan hukum kita makin lemah. Hal ini merupakan faktor penting terhambatnya kemajuan di bidang ekonomi dan pemerataan pembangunan,” urainya lagi.

Meskipun dalam banyak hal Yusril mengatakan sependapat dengan apa yang disampaikan Presiden, namun dia menambahkqn bahwa pemimpin bukan sekadar dekat dengan rakyat dan mengutip kata Bung Karno "penyambung lidah rakyat”.

Tetapi pemimpin harus mampu menunjukkan dan membawa rakyat ke jalan yang benar dan melakukan jalan apa yang harus ditempuh untuk memajukan bangsa dan negara ini.

Pemimpin seperti di atas, menurut Yusril adalah pemimpin yang mumpuni dalam arti mempunyai ilmu dan ditempa oleh pengalaman dalam membangun dan memecahkan persoalan-persoalan besar bangsa ini. Pemimpin seperti itu tidak akan lahir karena garapan media sosial dan pencitraan serta berbagai survey yang terkadang justru menyesatkan rakyat sendiri.

Berita Terkait

Berita Lainnya