Perang Pernyataan, Fahri Hamzah Diperkirakan Menang Mudah Atas Maruarar Sirait

Image 3
Dari kiri ke kanan: Fahri Hamzah, Prabowo Subianto, Marurar Sirait

Jakarta, MNID. Dua bulan menjelang kemungkinan reshuffle kabinet, Menteri Perumahan dan Kawasan Pemukiman (PKP) Maruarar Sirait terlibat dalam perang pernyataan terbuka dengan wakilnya, Fahri Hamzah. 

Adalah Fahri Hamzah yang melepaskan tembakan pertama. Dia mengatakan kinerja Kementerian PKP masih nol, dan karenanya meminta maaf. Kinerja yang masih nol itu menurut Fahri meliputi beberapa program seperti renovasi rumah, penataan kawasan sampai Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum (PSU) perumahan.

Fahri mengatakan, soal kinerja nol itu sudah dia sampaikan kepada Menko Infrastruktur dan Pembangunan Kawasan (IPK) Agus Harimurti Yudhoyono.

“Tadi saya minta maaf, saya laporkan tadi itu, karena untuk renovasi kan masih nol, penataan kawasan kan masih nol, PSU masih nol gitu,” kata Fahri usai bertemu AHY, Kamis, 14 Agustus 2025. 

Pernyataan Fahri ini jelas saja membuat kuping sang menteri, Maruarar yang biasa disapa Ara merah. Tapi Ara belum mau bereaksi berlebihan. 

Dia meminta agar Fahri melihat data.

“Lihat datanya aja, datanya kan sudah disampaikan,” kata Ara di Kantor InJourney, Jakarta Pusat, Kamis, 14 Agustus 2025. 

Salah satu indikator penting, sebutnya adalah realisasi program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).

Soal FLPP ini disebutkan Ara sebagai contoh karena dalam pernyataannya, Fahri Hamzah menyinggung kinerja BP Tapera yang katanya banyak berbohong. 

“Tapera itu kan institusi di luar kita (Kementerian PKP). Kok kayak dia (BP Tapera) yang dominan. FLPP itu kan di luar kita,” ujar Fahri.

Menurut Fahri, tugas Kementerian PKP hanya membantu program FLPP agar anggaran untuk program tersebut bisa keluar dan dipindahkan ke BP Tapera.

“Cuma Tapera itu menganggap seolah-olah ini pekerjaan Kementerian. Itu bohong dia. Termasuk dia memakai mekanisme untuk ngasih kuota-kuota. Itu kan nggak boleh sembarangan,” kata Fahri.

Perang pernyataan di antara dua pembantu Presiden Prabowo Subianto ini menjadi salah satu topik hangat yang dibicarakan kalangan pemerhati dan politisi di tanah air. Tidak sedikit yang mengaitkannya dengan perjalanan menuju kocok ulang kabinet yang diperkirakan akan terjadi setelah pemerintahan Presiden Prabowo berusia satu hari. 

Ara menjadi salah satu figur yang paling sering disorot dan dinilai beberapa kali melakukan blunder serta off side. Beberapa waktu lalu, mantan politisi PDI Perjuangan yang dekat dengan Joko Widodo ini membuat pernyataan kontroversial dan menuai kegaduhan mengenai rumah subsidir 14 meter per segi. Setelah menuai kritik, akhirnya Ara minta maaf juga. 

Posisi Maruarar dinilai semakin sulit terkait dengan perbaikan hubungan antara Prabowo Subianto dan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri yang menilai Ara sebagai pengkhianat seperti keluarga Jokowi. 

Di sisi lain, Fahri Hamzah merupakan loyalis Prabowo sejak lama. Dia yang pernah jadi Wakil Ketua DPR RI dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) kini adalah Wakil Ketua Umum Partai Gelora. 

Fahri Hamzah memiliki kedekatan khusus dengan Prabowo. Beberapa waktu lalu, alumni Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ini mendirikan Sumitro Institute untuk mengabadikan pemikiran dan karya Sumitro Djojohadikusumo, ayah Prabowo, yang merupakan pendiri FE UI. 

Dalam peluncuran biografi kakek Prabowo, Margono Djojohadikusumo, di Kompas beberapa waktu lalu, Fahri Hamzah memuji peranan ayah-anak Margono dan Sumitro dalam membangun cetak biru perumahan Indonesia. 

Menurut Fahri Hamzah, pemerintah Singapura di era Lee Kuan Yew bahkan menggunakan cetak biru perumahan Indonesia sebagai pondasi untuk membangun sektor perumahan di negeri tetangga. 

Dengan catatan-catatan ini, bukan tidak mungkin bila harus memilih, Prabowo akan mempertahankan Fahri Hamzah dan mendepak Maruarar Sirait. Dengan kata lain, Fahri Hamzah tampaknya akan menang mudah.