Saatnya Kopi dan Alas Kaki Kita Menembus Eropa

Image 3
Presiden RI Prabowo Subianto dan Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen di Brussel Belgia, Minggu, 13 Juli 2025/Sekretariat Presiden RI
Oleh: Abdullah Rasyid, Staf Khusus Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan Republik Indonesia


BAYANGKAN, kini warga negara Indonesia bisa lebih mudah bolak-balik Eropa tanpa perlu repot mengurus visa berulang kali. Setelah kunjungan kedua ke negara-negara Uni Eropa, kita sudah bisa mengajukan Visa Schengen Multi-Entry.

Visa ini ibarat kunci emas yang membuka akses bebas keluar-masuk ke 26 negara Schengen, mulai dari Prancis, Jerman, Italia, hingga Belanda, tanpa harus mengurus visa baru setiap kali bepergian. Masa berlaku visa ini pun cukup panjang, antara 1 hingga 5 tahun, tergantung kebijakan masing-masing konsulat.

Tentu saja, visa ini tidak berlaku untuk pelajar atau pekerja. Tapi bagi para pengusaha dan profesional, ini adalah peluang emas. Bayangkan saja, melakukan perjalanan bisnis sambil wisata, berpindah dari satu negara ke negara lain tanpa khawatir pemeriksaan perbatasan yang merepotkan.

Batas internal antar negara Schengen memang telah dihapus, dan kita bisa tinggal hingga 90 hari dalam periode 180 hari.

Ambil contoh Jerman. Negeri ini adalah salah satu tujuan favorit para pengusaha Indonesia. Produk ekspor kita yang sering mendarat di sana antara lain tekstil, hasil pertanian, minyak nabati, alas kaki, hingga bijih mineral.

Kini, dengan visa multi-entry, pengusaha kita bisa memperluas langkah, tak hanya berhenti di Jerman, tapi juga merambah 26 negara Schengen lainnya.

Mari kita bayangkan skenarionya: selama ini, perusahaan kita mungkin hanya mengekspor tekstil dan hasil pertanian langsung ke Jerman. Tapi dengan kemudahan multi-entry, divisi penjualan bisa mulai merancang ekspansi ke pasar lain di Eropa. Ini sejalan dengan strategi pemerintah Indonesia yang ingin mendiversifikasi pasar ekspor kita, apalagi di tengah tekanan tarif impor dari AS yang kabarnya bisa mencapai 32%.

Produk unggulan seperti kopi, kakao, tekstil, bahkan kerajinan tangan, kini bisa langsung dipromosikan ke berbagai pasar Eropa. Kunjungan berulang menjadi lebih mudah, memperkuat daya saing kita dibandingkan negara tetangga seperti Vietnam atau Malaysia. Kabar baik ini diumumkan langsung oleh Presiden Prabowo Subianto saat kunjungannya ke Brussels, Belgia, pada 13 Juli 2025. Dalam pertemuan bilateral bersama Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, Indonesia merampungkan Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA).

Salah satu poin pentingnya adalah pembebasan tarif untuk sekitar 80% produk ekspor Indonesia ke Uni Eropa dalam 1-2 tahun setelah implementasi. Ini tentu kabar baik bagi produk-produk kita seperti minyak kelapa sawit, tembaga, asam lemak industri, hingga alas kaki, yang kini bisa lebih kompetitif dibanding produk dari Vietnam atau Malaysia.

Dengan akses perjalanan yang lebih leluasa ini, tim penjualan dari perusahaan ekspor Indonesia punya keleluasaan lebih untuk melakukan riset pasar langsung di berbagai negara Eropa. Mereka bisa mengamati kebutuhan tiap pasar, memastikan logistik berjalan lancar, dan membangun rantai pasok yang kokoh untuk memperluas distribusi produk kita di sana.

Singkat kata, dengan kebijakan visa baru ini, saatnya kopi, kakao, tekstil, dan alas kaki kita melangkah lebih jauh — menembus jantung Eropa.