Oleh: Ramadhan Isa, Koordinator Nasional Poros Muda NU
PERDEBATAN yang belakangan ramai di media sosial antara kader HMI dan PMII, menyusul candaan Cak Imin dalam forum internal PMII, seharusnya disikapi dengan kepala dingin.
Sebagai kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), organisasi mahasiswa tertua dan terbesar yang telah berdiri sejak 1947, sudah semestinya kita menunjukkan sikap yang matang, dewasa, dan proporsional.
HMI telah melahirkan ribuan tokoh bangsa, turut mengawal dinamika politik, sosial, hingga peradaban Indonesia dari masa ke masa. Maka, mempermasalahkan kelakar yang jelas-jelas disampaikan dalam konteks internal dan penuh nuansa candaan khas NU, justru menunjukkan ketidaksiapan sebagian dari kita dalam menyaring hal-hal yang substansi dan mana yang bukan.
Perlu dicatat, gaya komunikasi warga Nahdlatul Ulama kerap kali penuh satire, canda, dan spontanitas. Candaan Cak Imin bukanlah upaya merendahkan, melainkan refleksi dari pengalaman sosial yang mungkin ia temui. Jika kita benar-benar percaya bahwa HMI adalah kawah candradimuka yang mencetak kader intelektual dan petarung peradaban, maka reaksi kita seharusnya tidak emosional, apalagi penuh kebencian.
Tanggapan yang berlebihan, seperti yang disampaikan oleh Arif Rosyid, Demisioner Ketua Umum HMI, terkesan reaksioner. Padahal menurut hemat penulis suatu organisasi kemasyarakatan terutama yang melebelkan dirinya organisasi kemahasiswaan termasuk seluruh kadernya memegang Teguh nilai dan prinsip, bukan sentimen yang dangkal, terlebih lagi mangajarkan untuk membalas dengan menyebar sentimen balik atau membuka isu lama.
Justru momen ini seharusnya menjadi refleksi bagi kita semua. Sudah sejauh mana kader-kader HMI hari ini hadir memberi solusi, bukan hanya terlibat dalam narasi perebutan pengaruh? Sudah sejauh mana kita mengedepankan kontribusi nyata bagi bangsa, bukan hanya sibuk mencari posisi, pengaruh, atau keuntungan pribadi?
Karena yang terpenting bukanlah dari mana seseorang memulai perjuangannya. Tapi mau ke mana ia membawa pemikiran, idealisme, dan baktinya. Ungkap Anwar Sjani mantan Ketua umum PKC PMII pertama, yang juga Aktivis lingkungan NU.