Mamdani, Ibrahim Traore dan Prabowo Subianto: Tantangan Melawan Oligarki

Image 3
Dari kiri ke kanan: Zohran Mamdani, Syahganda Nainggolan, Prabowo Subianto, dan Ibrahim Traore

Oleh: Dr. Syahganda Nainggolan, GREAT Institute

MAMDANI atau lengkapnya Zohran Mamdani, Ibrahim Traore dan Prabowo Subianto merupakan 3 tokoh besar dunia saat ini yang mengukir sejarah peradaban manusia ke depan.

Setelah 300 tahun kapitalisme barat menancapkan kakinya di bumi dan melahirkan segelintir oligarki yang menguasai seluruh emas, nikel, batubara, hutan-hutan, ikan salmon, udang, jet-jet mewah, kapal pesiar, industri otomotif, industri keuangan, "super big Tech" dan lain sebagainya, dengan ketimpangan kekayaan terhadap orang-orang miskin yang semakin dalam, saat ini muncullah 3 nama di atas yang coba merubah sejarah.

Mamdani, calon walikota New York, merupakan tokoh besar baru yang menggemparkan dunia. Zohran Mamdani saat ini baru saja memenangkan putaran pertama pemilihan walikota New York. Putaran kedua menanti. Mamdani menggemparkan karena dia merupakan sosok yang saat ini paling dibenci Donald Trump dan semua oligarki Amerika dan Jahudi.

Ada 3 hal yang dilakukan Mamdani, pertama, dia menggalang semua imigran Amerika, baik Asia-Amerika, Afrika Amerika, Latino-Amerika, dan kulit berwarna lainnya vis a vis berhadapan dengan kulit putih. Itu terjadi di negeri kaum kulit putih itu.

Gerakan Mamdani ini melawan arogansi kaum kulit putih, Trump, Zionis dan oligarki yang ingin mengusir imigran yang merdeka berpendapat. Trump dan sekutunya ingin tidak ada demokrasi, hak-hak asasi manusia dan keadilan bagi kaum pendatang, meskipun sudah beberapa generasi di Amerika.

Selain warna kulit, Mamdani menggalang kaum buruh, kaum miskin lainnya, kaum marginal seperti tua jompo dan LGBTQ, untuk bersatu dalam sebuah konsep "Invisible People". Konsep ini menekankan suatu arah baru Amerika yang dikelola oleh kaum "working class" secara bersama-sama untuk keadilan bagi semua.

Kedua, Mamdani menyatakan anti Israel dan Pro Palestina. Mamdani mengatakan akan menangkap Benjamin Netanyahu, Presiden Israel, jika datang ke NY dan jika ia walikota. Ini merujuk keputusan ICC, Denhaag.

Ketiga Mamdani akan mem freezing harga sewa rumah atau apartemen, tidak ada kenaikan lagi. Bahkan walikota dapat mengintervensi penundaan pembayaran, jika orang-orang jompo maupun disabilitas kesulitan membayar.Disamping  "freezing policy", dia akan membangun 200.000 unit rumah bersubsidi untuk orang miskin. Semua ini dilakukan dengan menaikkan pajak orang kaya dan pajak korporasi.

Tentu saja tantangan besar dihadapi Mamdani. Seorang senator Partai Republik meminta Trump agar mendeportasi Mamdani. Beberapa billionare membiayai kampanye anti Mamdani di media sosial. Trump sendiri sudah menuduh Mamdani Komunis dan berbahaya bagi Amerika.  Sampai saat ini Mamdani terus bergairah bertarung, khususnya dengan dukungan Bernie Sanders, senator tua asal Demokrat, Alexandria Cortex, anggota DPR dan sumbangan kolektif rakyat kecil.

Tokoh lainnya, Ibrahim Traore adalah pejabat presiden Burkina Faso, sebuah negara berpenduduk sekitar 24 juta di Afrika Barat. Ibrahim, setelah mengambil kekuasaan secara paksa dua tahunan lalu, melakukan propaganda anti Prancis, penjajah di sana, dan barat secara umum. Narasi yang dibangun Ibrahim adalah solidaritas Afrika dan kebangkitan Afrika.

Menurut Ibrahim, Afrika yang sering dinistakan sebagai bangsa budak yang tidak memberikan sumbangan bagi peradaban dunia, adalah korban dari keganasan barat dengan kapitalisme mereka. Afrika, menurutnya, telah membangun filsafat, kimia, matematika dan ilmu kedokteran jauh ratusan tahun sebelum eropa beradab. Kehancuran Afrika adalah karena kolonialisme barat yang menghisap seluruh tambang-tambang emas, dan sumber-sumber alam lainnya. Ibrahim mengajak kaum Afrika bangkit bersatu. Ibrahim juga membangun aliansi dengan Rusia untuk pembangunan negaranya ke depan.

Koran berita online Inggris, BBC, dalam "Why Burkina Faso's junta leader has captured hearts and minds around the world", 12 Mei 2025, menjelaskan memang fakta Ibrahim telah menjadi tokoh sentral kebangkitan Afrika saat ini. Diberitakan, Ibrahim diapresiasi dalam pidatonya di konprensi Rusia-Afrika pada tahun 2023 dan dalam acara pelantikan Presiden Ghana. Orang-orang Afrika mengelu-elukan Ibrahim sebagai tokoh pembebasan Afrika saat ini. Tema anti barat, anti Neo Kolonialisme dan anti imperialisme barat menginspirasi kaum muda Afrika yang saat ini kesulitan hidup.

Tokoh ketiga  yang akan mengukir sejarah dunia adalah Prabowo Subianto.

Prabowo Subianto merupakan tokoh pertama Indonesia yang menolak dominasi oligarki secara terbuka. Sukarno menolak imperialisme dan kolonialisme kala dulu, bukan oligarki.  

Selain itu Prabowo dalam berbagai kesempatan internasional menunjukkan ketidaksukaan pada barat, khususnya ajaran demokrasi dan HAM. Karena menurutnya pemimpin barat mempunyai dua muka, ketika mereka menganjurkan demokrasi dan HAM, namun saat bersamaan mereka terlibat dalam pembunuhan puluhan ribu manusia dan bayi di Gaza. Hal ini mendorong Prabowo lebih dekat secara politik dengan poros BRICS, setidaknya Rusia dan China.

Pada saat hari buruh lalu, Prabowo menyanyikan lagu "internationale" di atas panggung. Lagu itu, menurut Wikipedia, adalah lagu "resmi" kaum anarkis, sosialis dan komunis. Tanda-tanda Prabowo seorang sosialis dapat dilihat karena gerakannya yang selalu menggugat oligarki, di satu sisi, dan di sisi lain, mempersoalkan ketimpangan sosial. Ini adalah ciri seorang sosialis. Dalam konteks ini, Prabowo sama dengan Mamdani dan Ibrahim Traore. Hanya, bedanya, Traore pernah tercatat dalam organisasi Komunis ketika mudanya. Dan Mamdani mengaku Sosialis Demokrat. Sebaliknya, Prabowo tidak mengaku sebagai sosialis.

Langkah Prabowo yang progresif sampai kini antara lain menaikkan upah buruh sangat tinggi, merampas aset-aset perkebunan oligarki (karena ilegal), memenjarakan mafia-mafia koruptor, menghentikan judi online, akan menyita tambang-tambang yang dikuasai oligarki secara ilegal, dlsb. Jika gerakan Prabowo ini berhasil, maka dapat dipastikan Prabowo orang pertama di dunia yang mampu melaksanakan itu, melawan oligarki.

Akan tetapi, pertarungan ketiga tokoh di atas belum menemukan titik "equilibrium". New York City dengan kekuatan (putaran) ekonomi 2,6 Triliun Dollar tentu lebih berat bagi seorang Mamdani dibandingkan Prabowo dengan kekuatan ekonomi Indonesia sebesar 1,4 T dollar dan Ibrahim dengan skala ekonomi lebih kecil. Kaum oligarki dan kapitalis rakus pasti akan membalas.

Namun, keuntungan Mamdani, dia memiliki "invisible people", dan dukungan tokoh-tokoh nasional dari Demokrat.

Ibrahim di sisi lainnya belum pasti mampu menggalang kekuatan anti imperialisme di Afrika.

Saat ini sudah hampir dua dekade Afrika dekat dengan China, bukan barat.  Menurut oponi "Africa Center for Strategi Studies" dalam "China Widening Its Influence in Africa through Expanded Security Engagements", 10 Juni 25, hampir 40 negara Afrika mendekati China dalam hubungan pertahanan keamanan. Di luar pertahanan, Afrika juga melihat China sebagai partner dagang dan investor utama. Namun, janji kesejahteraan belum juga tampak. Alhasil propagan Ibrahim mungkin sulit berhasil dalam memojokkan barat ke depan.

Prabowo Subianto belum jelas pendukungnya, selain 58% klaim kemenangan pilpres bersama Gibran/Jokowi. Melaksanakan politik progresif revolusioner bukanlah kerjaan sederhana. Bukan pula hanya ketika berhasil merebut kekuasaan. Namun, sejauh mana sang pemimpin mampu membangun kekuatan progresif revolusioner.

Prabowo yang kurang didukung kelompok progresif revolusioner bisa jadi akan kandas ditengah jalan.

Sebab,  tuntutan publik yang begitu besar, seperti penyediaan lapangan kerja dan kesejahteraan, dapat menjadi ancaman yang bisa ditunggangi kaum oligarki.

Mayoritas menteri-menteri Prabowo bukanlah kaum progresif revolusioner, bahkan sebagiannya terindikasi melemahkan implikasi garis kebijakan, baik karena alasan pragmatis maupun kontra Ideologis. Target Prabowo, umpamanya, dalam program makan bergizi gratis, kabarnya hanya tercapai 5% saja di Sukabumi, yang menjadi kabupaten percontohan. Program lainnya, bisa jadi hanya laporan klaim ABS (asal bapak senang).

Begitulah cerita 3 tokoh dunia yang jadi berita besar saat ini. Kita berdoa, semoga ketiganya mampu berjuang melaksanakan perubahan. Dan, kata WS. Rendra, Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata.