AI Sebagai Barometer Baru dalam Komunikasi Strategis

Image 3

Oleh: Mohammad Zulfikar Dachlan, Mahasiswa S2 Komunikasi dan Media, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Pancasila

DALAM era digital yang berkembang pesat, kecerdasan buatan (AI) telah menjadi faktor penentu dalam komunikasi strategis. AI tidak lagi hanya berfungsi sebagai alat otomatisasi sederhana, tetapi kini berperan sebagai barometer dalam mengukur efektivitas komunikasi organisasi.

Pemimpin yang tidak segera mengadopsi teknologi ini akan tertinggal dalam persaingan bisnis yang semakin kompetitif.

Peran AI dalam Komunikasi Strategis

AI membantu organisasi dalam berbagai aspek komunikasi strategis, mulai dari analisis media, pengoptimalan pesan, hingga mitigasi risiko reputasi. Dengan kemampuannya mengolah data dalam jumlah besar secara real-time, AI memberikan wawasan yang lebih akurat dan berbasis data dalam merancang strategi komunikasi.

1. Analisis Media dan Sentimen Publik

Dalam komunikasi modern, pemantauan media menjadi salah satu aspek yang krusial. AI mampu menganalisis sentimen publik dari berbagai sumber, termasuk media sosial, berita online, dan forum diskusi. Dengan teknologi ini, perusahaan dapat:

  • Mengidentifikasi tren yang berkembang di masyarakat.
  • Menganalisis bagaimana merek mereka dipersepsikan oleh publik.
  • Mengantisipasi potensi krisis sebelum berkembang menjadi isu besar.

2. Optimalisasi Pesan dan Keterlibatan Audiens

AI tidak hanya menganalisis data tetapi juga membantu dalam menyusun pesan yang lebih efektif. Dengan teknik pemrosesan bahasa alami (NLP), AI dapat:

  • Menyesuaikan pesan berdasarkan preferensi audiens.
  • Mengidentifikasi kata kunci yang paling menarik perhatian.
  • Mengoptimalkan format dan panjang pesan untuk berbagai platform digital.

3. Prediksi dan Mitigasi Risiko Reputasi

AI berfungsi sebagai sistem peringatan dini yang dapat mendeteksi potensi ancaman terhadap reputasi perusahaan. Dengan algoritma pembelajaran mesin, organisasi dapat:

  • Menganalisis pola krisis komunikasi sebelumnya dan memprediksi kemungkinan kejadian serupa.
  • Memberikan rekomendasi strategi respons yang efektif.
  • Mengukur dampak suatu isu terhadap citra perusahaan secara real-time.

Tantangan dalam Implementasi AI dalam Komunikasi

Meskipun AI menawarkan banyak manfaat, ada beberapa tantangan yang perlu diperhatikan dalam implementasinya:

1. Bias Data – AI bergantung pada data yang tersedia. Jika data yang digunakan memiliki bias, maka hasil analisis juga akan bias.
2. Keamanan dan Privasi – Penggunaan AI dalam komunikasi memerlukan akses ke data sensitif yang harus dilindungi dengan kebijakan privasi yang ketat.
3. Ketergantungan Berlebihan – Meskipun AI dapat meningkatkan efisiensi, keputusan strategis tetap memerlukan pemikiran kritis manusia
4. Kurangnya Literasi Digital – Banyak pemimpin komunikasi yang belum sepenuhnya memahami cara kerja AI dan potensinya dalam strategi komunikasi.

AI telah menjadi alat yang tidak hanya mendukung tetapi juga mengubah cara organisasi berkomunikasi secara strategis. Dengan memanfaatkan teknologi ini, pemimpin komunikasi dapat meningkatkan efektivitas strategi mereka, memperkuat keterlibatan audiens, serta melindungi reputasi organisasi dari potensi ancaman. Oleh karena itu, adaptasi terhadap AI bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan bagi organisasi yang ingin tetap relevan di era digital.

Analisis Berdasarkan Teori Komunikasi Krisis (SCCT)

1. Deteksi dan Pencegahan Krisis (Pre-crisis Phase). Dalam teori SCCT, fase prakejadian krisis sangat penting untuk mengantisipasi dan mengurangi risiko reputasi. Artikel ini menyebutkan bahwa AI dapat:

  • Mengidentifikasi tren dan sentimen publik melalui analisis data real-time.
  • Mendeteksi potensi ancaman reputasi sejak dini.

→ Dalam konteks SCCT, kemampuan ini mendukung tahap issue management dan scanning environment, sehingga organisasi dapat mengklasifikasikan jenis krisis sejak dini dan menyiapkan strategi komunikasi yang sesuai berdasarkan jenis dan intensitas ancaman.

2. Respons terhadap Krisis (Crisis Phase). SCCT menyarankan strategi respons berdasarkan atribusi tanggung jawab atas krisis (misalnya: preventif, akomodatif, defensif). Artikel ini menunjukkan bahwa AI:

  • Memberikan rekomendasi respons strategis secara cepat dan berbasis data.
  • Memungkinkan penyesuaian pesan berdasarkan natural language processing (NLP) untuk konteks krisis tertentu.

→ Ini mendukung penggunaan strategi komunikasi yang tepat seperti rebuild, diminish, atau deny, tergantung pada persepsi publik terhadap kesalahan organisasi. Respons berbasis AI juga meminimalkan kesalahan komunikasi yang dapat memperburuk krisis.

3. Pemulihan dan Evaluasi (Post-crisis Phase). SCCT menekankan pentingnya evaluasi dan pemulihan setelah krisis. AI disebut:

  • Mengukur dampak isu terhadap citra organisasi secara real-time.
  • Memberikan umpan balik data yang bisa digunakan untuk pembelajaran dan perbaikan strategi.

→ AI memperkuat evaluasi post-mortem dan proses pembelajaran organisasi dari krisis, yang krusial untuk mencegah krisis berulang.

Catatan Kritis
SCCT mengandalkan persepsi publik sebagai indikator utama dalam memilih strategi respons. Peran AI dalam mengukur persepsi dan sentimen publik membuat integrasi AI dan SCCT sangat relevan.

Namun, ketergantungan pada AI tanpa pemahaman mendalam akan konteks sosial dan budaya bisa berisiko, karena AI belum sepenuhnya mampu menangkap nuansa komunikasi interpersonal dan emosional yang dibutuhkan dalam krisis besar.

Daftar Pustaka:

Coombs, W. T. (2007). Protecting Organization Reputations During a Crisis: The Development and Application of Situational Crisis Communication Theory. Corporate Reputation Review, 10(3), 163–176. https://doi.org/10.1057/palgrave.crr.1550049

Coombs, W. T. (2015). Ongoing Crisis Communication: Planning, Managing, and Responding (4th ed.). SAGE Publications.

Handley, R. (2023). Why AI is the New Barometer for Strategic Communications. PR Daily. https://www.prdaily.com/why-ai-is-the-new-barometer-for-strategic-communications/

Luoma-aho, V., & Vos, M. (2010). Towards a More Dynamic Stakeholder Model: Acknowledging Multiple Issue Arenas. Corporate Communications: An International Journal, 15(3), 315–331. https://doi.org/10.1108/13563281011068159

Tkalac Verčič, A., & Verčič, D. (2021). Artificial Iintelligence and Public Relations: A Systematic Review. Public Relations Review, 47(3), 102033. https://doi.org/10.1016/j.pubrev.2021.102033

Artikel ini disadur dari tulisan asli di PR Daily berjudul Why AI is the new barometer for strategic communications oleh Reed Handley. https://www.prdaily.com/why-ai-is-the-new-barometer-for-strategic-communications/