Update: Setengah Juta Warga Aceh Tengah dan Bener Meriah Terancam Kelaparan

Image 3
Kondisi ratusan masyarakat Aceh Tengah dan Bener Meriah saat membeli beras ke perbatasan Aceh Utara./Foto: AJNN

Banda Aceh, MNID. Hampir setengah juta penduduk di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah terancam kelaparan pasca bencana banjir besar dan longsor hebat. Demikian dikatakan Ketua Kelompok Kerja Badan Reaksi Cepat Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (Baret ICMI) Aceh, Zam Zam Mubarak.

Menurut Zam Zam, kondisi tersebut disebabkan lantaran masyarakat di Dataran Tinggi Gayo itu saat ini kesulitan mendapatkan stok makanan beras pascabencana banjir dua pekan lalu.

"Jumlah penduduk Bener Meriah itu sekitar 183 ribu dan Aceh Tengah 250 ribu jiwa. Maka jika dikalkulasikan hampir setengah juta orang di dua daerah ini terancam kelaparan," kata Zam Zam kepada AJNN, Kamis, 11 Desember 2025.

Menurutnya, hampir setiap hari, ratusan masyarakat dari dua wilayah tersebut menyerbu daerah perbatasan antara Aceh Utara dan Bener Meriah, tepatnya di Kampung Kem, Kecamatan Permata untuk membeli beras.

Saat ini, lokasi tersebut menjadi pusat perdagangan di tengah darurat bencana. Di antara masyarakat bahkan lebih memilih bermalam di sana, lantaran akses jalan begitu jauh hanya untuk membeli satu karung beras.

"Dan mirisnya lagi, beras itu kemudian dijual ke masyarakat di tengah ibu kota dengan harga cukup tinggi mencapai Rp 350 ribu per lima kilogram. Wajar saja dijual dengan harga itu, karena medan jalan sulit diakses usai bencana banjir lalu," ungkapnya.

"Sementara bagi masyarakat yang tidak mampu mengakses jalan itu, mau tidak mau terpaksa membeli beras tersebut karena kebutuhan di rumah sudah mulai menipis," timpal Zam Zam.

Oleh karena itu, menurut Zam Zam, jika kondisi ini terus dibiarkan, masyarakat justru tidak akan mampu membeli beras dengan harga tersebut. Apalagi harga tanaman hasil pertanian di wilayah sejuk itu terus anjlok.

"Saya rasa masyarakat di wilayah tengah Aceh kini sudah memasuki fase bencana lebih besar, yaitu kelaparan akan terjadi di mana-mana, masyarakat tidak mampu membeli kebutuhan, sementara pasok makanan terus berkurang," ujarnya.

Melihat situasi ini, Zam Zam mendesak pemerintah pusat untuk segera mengambil langkah-langkah yang konkrit dengan mengutamakan pembukaan jalan KKA Aceh Utara yang putus akibat bencana lalu.

"Jika hanya mengandalkan jalur udara, jelas tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Gayo. Satu-satunya hanya lewat jalur darat, yakni jalan KKA," ucapnya.

Selain itu, Zam Zam menyoroti pemerintah di dua kabupaten itu yang saat ini hanya lebih fokus kepada masyarakat terisolir. Padahal menurutnya, warga yang berada di tengah ibu kota juga sangat berdampak.

"Artinya, melihat kondisi hari ini, kehidupan saudara-saudara kita di desa terisolir dengan masyarakat di tengah ibu kota itu sama. Ya sama-sama kesulitan mendapatkan kebutuhan makanan," sebut Zam Zam.

"Sekali saya tegaskan, pemerintah pusat harus benar-benar buka mata dan telinga. Rakyat sudah terancam mati kelaparan," pungkasnya masih seperti dikutip dari AJNN.