Oleh: Salamuddin Daeng, Direktur Asosiasi Ekonomi dan Politik Indonesia (AEPI)
ISU beras oplosan marak. Beras kualitas rendah yang biasanya menjadi beras subsidi konon katanya dioplos dengan beras kualitas bagus. Kemungkinan beras kualitas bagus yang dimaksud adalah beras impor.
Akibat isue beras oplosan viral, maka ada kemungkinan akan muncul dua isue lagi yang akan viral di medsos yakni beras subsidi atau beras umum akan menjadi langka dan isue kedua beras umum dipasarkan akan bertambah mahal.
Sementara beras premium walaupun dituduh oplosan tampaknya akan tetap bertahan di pasar, tetap eksis atau tidak akan tergoyahkan oleh isue oplosan. Karena memang beras premium tersebut jumlahnya terbatas dan hanya dijual di mall, di super market dan mini market.
Masalahnya sekarang adalah jika beras umum atau beras subsidi sudah langka, maka akibatnya harga beras di pasar akan naik. Jika ini terjadi maka masyarakat menjadi panik. Masyarakat akan memburu beras premium. Akibatnya akan terulang kembali peristiwa pembatasan pembelian beras premium yang dijual di mall, di super market dan mini market sebagaimana yang pernah terjadi sebelumnya.
Skenario selanjutnya akan terjadi kelangkaan dua jenis beras yakni beras subsidi atau beras umum dan kelangkaan beras premium. Jika keduanya sudah langka dan makin mahal di pasar, maka hanya akan ada satu solusi mengatasinya yakni menambah pasokan beras ke pasar.
Manajemen isue ini cukup cerdas dalam menemukan alasan mengapa Indonesia harus segera impor beras. Sebagaimana impor besar besaran pernah dilakukan pada momentum yang sama pada tahun 2024 lalu. Impor dalam jumlah besar dalam rangka menjaga stok pangan nasional tahun 2025.
Solusi beras impor untuk ketahanan pangan sebaiknya jangan dilakukan lagi. Kebiasaan ini jangan diulang lagi. Mengingat Presiden Prabowo telah mencanangkan swasembada pangan. Lagi pula petani kita akan panen bulan depan, panen raya pada Bulan Agustus mendatang. Jika impor besar besaran dilakukan, maka harga gabah petani akan jatuh, pendapatan petani lebih rendah dari biaya produksi, petani akan gulung tikar.