RM Marrel Suryokusumo: Indonesia Butuh Pemimpin Pro Lingkungan Hidup dan Kemandian Pangan

Image 3

. Pilpres 2024 diharapkan menghasilkan pemimpin yang memiliki komitmen besar pada berbagai isu lingkungan hidup. Selain itu, secara bersamaan, pemimpin nasional yang terpilih bekerja sungguh-sungguh untuk membangun kemandirian pangan (food soveregnity).

 

Harapan itu disampaikan pegiat lingkungan asal Jogjakarta, RM Gustilantika Marrel Suryokusumo, ketika berbicara dalam sebuah dikusi dengan anak-anak muda yang bergerak dalam Kaliurang Explore, di Kaliurang, Hargobinangun, Pakem, Sleman, Senin (27/11).

"Kelestarian lingkungan adalah syarat mutlak untuk mencapai ketahanan pangan dan energi," kata Marrel.

Selain itu cucu Sri Sultan HB X ini menilai, Gen Z dan milenial yang menjadi mayoritas pemilih pada pileg dan Pilpres 2024 mendatang sangat peduli pada isu lingkungan.

"Kalau mau mengambil simpati gen Z dan milenial, setiap paslon (pasangan calon, capres-cawapres) harus bisa meyakinkan mereka soal komitmen terhadap isu lingkungan," tambahnya.

Menurut Marrel hal tersebut sangatlah wajar. Pasalnya, gen Z dan milenial bakal sangat merasakan bila bencana lingkungan yang berujung pada krisis pangan dan energi benar-benar terjadi.

"Kerusakan lingkungan akan menyebabkan kerugian besar pada ekonomi di wilayah tersebut, karena kualitas air dan tanah rusak sehingga berimbas ke sektor pangan dan energi," pungkasnya.

Marrel yang memimpin Bebadan Pangreksa Loka (Badan Lingkungan Hidup) Kraton Yogyakarta selama ini dikenal begitu aktif dalam kegiatan penyelamatan lingkungan, khususnya di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.

Mulai dari penyelamatan lingkungan lereng Gunung Merapi yang berfungsi sebagai kawasan penangkap air hujan, kawasan bantaran Kali Progo yang menjadi sumber penghidupan warga setempat dari sektor pertanian. Hingga memberdayakan masyarakat di Gunungkidul agar memiliki sumber pakan ternak secara mandiri.

Menariknya, tidak hanya menyelamatkan lingkungan. Marrel juga mendorong masyarakat di lingkungan tersebut terlibat aktif dan berdaya secara ekonomi dalam setiap kegitan tersebut. Sebagai contoh, di kawasan Kaliurang Marrel menginisiasi berdirinya sejumlah objek wisata yang pengelolaannya 100 persen oleh masyareakat lokal.

Selain itu, di Gunung Kidul gerakan tanam pohon sebagai sumber pakan ternak juga membuat ekonomi masyarakat setempat juga lebih berdaya. Selain mereka memiliki sumber pakan ternak secara mandiri, warga juga memperoleh tambahan penghasilan dengan menjual ranting-rantingnya sebagai bahan bakar biomassa PLTU milik PLN.