Nonton Bacaleg ke KPU, Nyenengke

OLEH: HERMAN BATIN MANGKU

Image 3
Ilustrasi/Net

KITA baru saja menonton prosesi kolosal pendaftaran bakal calon anggota legislatif (bacaleg) ke KPU daerahnya (1-14/5/2023). Setiap partai dan bacaleg punya gaya masing-masing agar membuat kesan kuat posisinya sebagai wakili rakyat.

Ada yang rela turun kendaraan lalu jalan kaki seratusan meter dengan berpakaian adat, ada yang pakai topi camping baru beli dari pasar, ada yang konvoi naik sepeda motor meski di garasinya ada Robicon warna kuning, ada juga yang ramai-ramai naik becak. Pokoknya serba membumi dan serba merakyat yat yaaat.

Ya, namanya DPR, dewan perwakilan rakyat, bukan dewan perwakilan partai, harus mulai tampil serba merakyat sebelum tahap kampanye yang bakal mengumbar narasi demi kemakmuran rakyat. Begitulah ritual lima tahunan pesta demokrasi ala negeri kita.

Pemain lama masih banyak yang terlihat mendaftar dengan harapan kembali duduk sebagai wakilnya rakyat lagi walau selama lima tahun sebelumnya rakyat yang diwakilinya tak berubah, tetap berjibaku dengan jalan jelek dan hidup yang semakin mahal.

Sebagian mereka malah yang penampilannya berubah syukurlah, barakalloh. Bersyukur, wakilnya sebagian semakin klimis, kulit tambah bersih, pakaian tak ada yang kusut lagi, kendaraan teranyar, rumah semakin rapih, kata-katanya tak boros, ceplas-ceplos, dan makin tertata.

Sedangkan pendatang baru mulai juga terlihat mematut-matut diri agar tampak layak sebagai sosok muda yang amanah, kharismatik, dan berwawasan dengan peci hitamnya. Bahkan, ada calon wakil rakyat muda yang merelis: saatnya yang tua minggir.

Terlihat saat pendaftaran bacaleg, senior dan yuniornya. Yang senior, tampilannya penuh percaya diri mengapit tas kulit branded kecil dan itu tadi klimis dan cara berbicaranya irit. Calon pemain baru, ada yang masih bawa tas selempang, sandal, dan kebanyakan di baris belakang.

Ya, kita baru saja dipertontonkan atau menonton kegirangan (euforia) tahap awal jelang pesta demokrasi Pemilu Serentak 2024. Namanya, pesta, harus gembira, baik yang ditonton maupun tontonannya. Lumayan "nyenengke", lima tahun sekali.

Becak, topi camping, dan peci ikut laku. Barangkali, saat sosialisasi nanti, bakal banyak lagi yang mendapatkan manfaat pesta demokrasi. Siap-siap saja kedatangan lima tahunan "Robin Hood" membawa keresek berisi minyak goreng, gula, dan tentu saja bumbu janji-janji.

Mumpung masih proses tebar pesona, belum terpilih, layar tontonan belum ditutup sampai dibuka lagu lima tahun berikutnya, kita sejenak tuntaskan kegembiraan ini dengan bersama-sama menyanyikan agu lama yang masih relevan hingga kini karya Iwan Fals:

SURAT (LAMA) BUAT WAKIL RAKYAT

Untukmu yang duduk sambil diskusi
Untukmu yang biasa bersafari
Di sana di gedung DPR

Wakil rakyat kumpulan orang hebat
Bukan kumpulan teman-teman dekat
Apalagi sanak famili

Di hati dan lidahmu kami berharap
Suara kami tolong dengar lalu sampaikan
Jangan ragu jangan takut karang menghadang
Bicaralah yang lantang jangan hanya diam

Di kantong safarimu kami titipkan
Masa depan kami dan negeri ini
Dari Sabang sampai Merauke

Saudara dipilih bukan dilotre
Meski kami tak kenal siapa saudara
Kami tak sudi memilih para juara
Juara diam juara he-eh juara hahaha

Untukmu yang duduk sambil diskusi
Untukmu yang biasa bersafari
Di sana di gedung DPR

Di hati dan lidahmu kami berharap
Suara kami tolong dengar lalu sampaikan
Jangan ragu jangan takut karang menghadang
Bicaralah yang lantang jangan hanya diam
Wahai sahabat

Wakil rakyat seharusnya merakyat
Jangan tidur waktu sidang soal rakyat
Wakil rakyat bukan paduan suara
Hanya tahu nyanyian lagu setuju

Penulis adalah fungsionaris Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI).