Loyalis Taufiq Kiemas: Jokowi Mempermalukan dan Mengkudeta Mega

Image 3
Joko Widodo mencium tangan Megawati Soekarnoputri dalam satu kesempatan./Net

Musyawarah Rakyat Relawan Jokowi yang digelar di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, hari Minggu kemarin (14/5) adalah perlawanan dan pembangkangan Presiden Joko Widodo dari perintah partai. Hebatnya, pembangkangan itu dilakukan Jokowi dengan berani di hadapan jutaan pasang mata secara terbuka.

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri telah mengumumkan Ganjar Pranowo sebagai calon presiden dari kubu banteng tanggal 21 April lalu. Semestinya dan seharusnya setelah pengumuman itu tidak ada lagi manuver dari kalangan internal partai untuk menggadang-gadang capres lain. Apalagi, manuver itu dilakukan Jokowi yang duduk di istana karena PDIP.

Demikian disampaikan politisi senior PDIP, Bambang Beathor Surjadi, dalam keterangan yang diterima redaksi, Senin (15/5).

“Sikap perlawanan Jokowi itu tidak sesuai dengan sikap dasar Kader PDIP yaitu li,a mantap, satu di antaranya loyalitas,” ujar Beathor tegas.

Dia menambahkan, saat ini dari seluruh penjuru mata angin, kader PDIP sedang menggerakkan mesin partai untuk kemenangan Ganjar Pranowo. Konsolidasi tengah digalakkan agar partai dapat mencatakan hat-trick, tiga kali menang pilpres, seperti yang diinstruksikan Megawati.

“Apa yang dilakukan Jokowi dan Musra itu telah mencampakan, mempermalukan dan menghina Ketua Umum dan warga PDIP. Jokowi telah mengkudeta keputusan DPP tentang calon presiden. Sebagai kader, dia harusnya memperkuat, memperkokoh keputusan Batu Tulis 21 April tersebut,” urai Beathor lagi.

Bila memang setia pada keputusan partai dan Megawati, seharusnya Jokowi mengarahkan ribuan relawan pendukungnya yang berkumpul kemarin untuk melaksanakan Keputusan DPP PDIP mendukung Ganjar Pranowo.

Menurut Beathor, hukuman yang tepat untuk pembangkangan Jokowi ini adalah didepak dari partai banteng.

"Bila Megawati tidak mencabut mandat dari Jokowi, maka sisa waktu yang ada akan berdampak kemenangan partai di Pemilu 2024 dan Pilpres. Dengan mencabut mandat Jokowi sebagai Petugas Partai, maka dunia paham bahwa dia bukan lagi kader PDI Perjuangan,” demikian Beathor yang dikenal dekat dengan almarhum Taufiq Kiemas.